Posts

Showing posts from April, 2020

Pilu Momok BLT

Image
Seorang Ketua RT (Rukun Tetangga) dilorot oleh warganya lantaran tidak mau mendata semua warga menjadi sasaran penerima BLT DD (Bantuan Langsung Tunai Dana Desa). Begitu tulisan status WA (Whatsapp) seorang teman yang terbaca pagi hari tadi. Refleks, dada berdesir membacanya. Tak tahu harus menanggapi seperti apa seharusnya. Hanya terbesit sejumlah tanda tanya yang tak terucap. Apakah warga desa -yang belakangan terdapat informasi tambahan- berbatasan dengan kecamatan Kota Bojonegoro, di lingkungan tersebut tidak ada yang hidup berkecukupan?. Sehingga semua terancam kelaparan ditengah wabah Covid-19, yang mengharuskan harus dicatat tanpa kecuali sebagai penerima bantalan sosial ekonomi bagi masyarakat miskin. Sore harinya terdengar kabar burung lagi, semua desa pada sebuah kecamatan bersepakatan tidak menganggarkan BLT-DD pada Perubahan APBDes-nya. Untuk kedua kalinya, mendadak kaget. Ya pasti lah, tentu tidak ada kaget yang direncanakan. Dugaan sementara, dari dua peristiwa -ya

Bantu Total

Image
Politik dapat diartikan seni mengelola kemungkinan dan atau ketidakmungkinan. Pada negara kita yang menganut sistem demokrasi, hari ini melaksanakan Pemilu terbesar dan bersejarah. Coblosan untuk lima surat suara. Masa kampanye berakhir tiga hari lalu. Namun segala hal sudah ditumpahkan, dikeluarkan oleh kandidat. Strategi, Sumberdaya, Sumberdana, dan semuanya dipertaruhkan.  Dinamika yang sangat dramatis. Keringat bercampur air mata. Tawa, letih bertukar amarah. Segala teori komunikasi telah diterapkan kandidat untuk memungut hati pemilih. Untuk mengerakkan tangan guna mencoblos nomer yang diharapkan. Tapi hari ini, hasil akan segara diketahui. Menyusul berikutnya tawa kemenangan dan ratapan kekalahan. Entah takdir digariskan pada siapa. Itu prerogatif yang maha Kuasa. Tetapi selalu ada cerita yang tertinggal. Menggelitik telinga dan jadi bumbu pergaulan.  Alkisah, seorang calon anggota DPRD dari hari ke hari, melewati entah berapa ratus senja dan berapa lorong lorong permukiman warga

Perempuan Masak Gitu?!

Image
Masih terkait dengan wabah atau Pandemi Global Covid-19. Keadaan semakin memburuk. Statistik menunjukkan trend kenaikan terus melaju. Kondisi sosial ekonomi juga kian tak menentu. Beberapa kali muncul berita penolakan jenazah pasien positif virus. Beberapa kali terjadi perselisihan antara warga perantau dengan pihak desa, terkait pemeriksaan dan isolasi mandiri. Sejumlah warga gelisah kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Pekerja non formal tak lagi leluasa mencari nafkah. Pekerjaan pemerintah semakin menumpuk. Soal kritik adalah hal lazim. Tapi bukan soal itu yang akan kita ulas. Tapi mungkin akan sedikit menyenggol bias gender. Semoga tidak dimarahi bertubi-tubi. Baiklah. Lembaga kesehatan dunia dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sempat menyerukan penggunaan masker hanya untuk yang mengalami gangguan kesehatan. Lantas diralat, setiap warga masyarakat disarankan memakai masker saat beraktivitas, meski terbuat dari kain. Tentu saja kain yang halus, tidak seperti jenis ka

Dana Desa Pertahanan Terakhir Pandemi Covid-19?

Image
Pandemi Global Coronavirus Desease (Covid-19) terus merebak dengan trend menanjak. Begitu juga pada negeri tercinta ini, tak kunjung melewati puncak klimaks-nya.  Bahkan Kamis (09/04/2020) pemerintah pusat menyampaikan data kasus terbanyak sejak ditemukannya korban positif Covid-19 awal Maret lalu.  Anjuran untuk tidak keluar rumah jika tidak terpaksa belum diindahkan oleh masyarakat, oleh kita semua. Memang tidak mudah, tapi harus berani memaksa diri sendiri. Kesimpulan itu tercermin terus merebaknya virus, secara jumlah orang terpapar ataupun sebaran geografis semakin meluas.  Kondisi ini juga dipicu dengan  banyaknya warga perantau dari daerah zona merah yang pulang ke desa. Data dari sejumlah wilayah menunjukkan, munculnya Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawan (PDP) dan positif Covid-19 kebanyakan adalah perantau.  Termasuk dua orang PDP di Bojonegoro adalah mereka yang bekerja dari luar, yang pada akhirnya diketahui salah satunya dinyatakan positif terpapar virus. Pe

Masker

Image
Pandemi Global Corona Virus Desease (Covid-19) memaksa manusia memeras otak untuk menjaga eksistensi di muka bumi. Saat kebijakan pemerintah meminta untuk tetap beraktivitas di rumah, guna mempertahankan kehidupan species manusia, kehidupan itu sendiri harus tetap dijalankan.  Pada akhirnya, seluruh lapisan harus mencari celah terobosan. Beradaptasi dengan tehnologi pada era kecerdasan buatan (Artificial Intelegence) adalah fardlu ain hukumnya. Dampaknya dapat dilihat, salah satu aplikasi yang ada di playstore laris manis bak kacang goreng. Penggagasnya tetiba mengalami lonjakan kekayaan yang luar biasa.  Aplikasi rapat bersama ini banyak digunakan seluruh kalangan. Tidak hanya pemerintah atau militer, tetapi kelompok masyarakat juga harus dapat berintim ria guna melangsungkan koordinasi, yang pada era sebelum merebaknya wabah ini masih dilakukan dengan tatap muka dan berkerumun.  Sembari tergagap-gagap, akhirnya kita dapat menikmati buah karya yang lahir dari rahim revolu

Nisfu Sya'ban

Image
Nisfu Sya'ban, secara penanggalan bulan adalah puncak atau pertengahan bulan Sya'ban. Orang Jawa menyebutnya Bulan Ruwah. Yaitu bulan terakhir sebelum memasuki Ramadhan. Semua Muslim meyakini, ini adalah waktu bagi malaikat pencatat amal perilaku manusia untuk tutup buku catatan setahun sebelumnya. Dan membuka halaman baru untuk satu tahun mendatang. Orang-orang selalu memperingati dengan banyak aktivitas mendekatkan diri kepada Gusti pengeran penguasa alam semesta. Bagi penduduk Muslim Jawa, juga diperingati dengan memasak ketupat. Iya, makanan berasal dari beras yang ditanak dalam anyaman daun kelapa. Blarak, bahasa Jawanya. Janur untuk daun mudanya. Bentuknya beragam, secara umum segi empat tiga dimensi. Pada masa dimana wabah corona sedang mengancam dunia, peringatan ini tentu menanggalkan semaraknya. Selametan di Mushola banyak berkurang. Hanya satu dua saja, yang nekat barangkali. Tetapi yakin seyakin-yakinnya, keyakinan mereka tidak berkurang se-mili-pun. Sen

Nyanyi Sunyi Seorang Bisu

Image
Judul itu merupakan nama sebuah buku. Buku Langka. Untuk masa kini, tak ada lagi penerbit yang mencetaknya. Bahkan di pasar buku bekas online, harganya secara rupiah sungguh tak masuk akal. Itu pun tak dapat dipastikan ada yang mau menjual koleksinya. Kalau toh ada, hanya buku bajakan. Mending bajakan, ini potokopian!.  Memakai sandal bajakan adalah kesederhanaan. Membaca buku potokopian? Hina. Dan itu terpaksa saya lakukan. Kehinaan dalam keterpaksaan apakah Hina?. Saya tidak tahu. Dan saya tetap membacanya. Saya mengidamkan buku ini lama sekali. Setidaknya semenjak mengeyam bangku kuliah. Dan sebulan lalu, seorang sahabat muda memberinya cuma-cuma. Dua seri sekaligus dan girang bukan kepalang saat tangan ini menerimanya. Saya menyambut kehinaan itu dengan bahagia.  Jika dengan menulis ini, cemoohan datang bertubi-tubi dari kaum intelektual yang mendewakan Hak Cipta, tentu saya menerimanya. Berlapang dada, menelan semuanya. Bahkan, balasan sudah saya siapkan. Sampaikan pada Negara, un

Cendol Dawet

Image
Angin mengamuk tanpa ampun. Semua yang disapa, ambruk tak berdaya. Pepohonan tumbang. Atap bangunan remuk berguguran. Angin sedang menandai waktu. Kemarau beranjak berlalu. Didesak angin, sebagai pengingat pergiliran sudah tiba. Saatnya musim penghujan mengisi masa. Penjaja penawar tenggorokan kering akan sedikit mengalami dahaga. Penjual minuman dingin berangsur mengurangi produksinya. Diantaranya penjual es cao, es campur dan es cendol dawet yang menguasai seantero trotoar kota. Saatnya terik mentari mulai diselimuti awan-awan berwajah murung. Minuman tradisional tersebut begitu populer. Saking populernya, pelaku seni musik dangdut koplo dan campursari selalu menyanyikan lagu Cendol Dawet. Di panggung atau dunia maya. Seperti ritual yang pantang ditinggal. Nyaris seperti lagu nasional yang mengawali acara - acara formal. Meski seluruh penyanyi tak ada jaminan pernah meminum es Cendol Dawet yang fenomenal itu. Tapi pada musim penghujan ini, tentu omset berkurang banyak. Kebutuha

TEMPAT BASAH

Image
Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, hampir sama ruwetnya dengan Pemilu 1955. Konon begitu, tapi ini belum kesimpulan. Bahkan ada sebagian peserta Pemilu menganggap, ini adalah Pemilu paling brutal. Dan yang bisa menilai adalah peserta yang telah mengikuti beberapa Pemilu sebelumnya. Tetapi Pemilu sudah usai. Hanya menyisakan sejumlah kecil sengketa Pemilu Legislatif di meja Mahkamah Konstitusi (MK). Itupun akan segera berakhir. Karena yang kalah harus segera ditetapkan. Dan yang beruntung segera diputuskan. Hidup harus tetap berlanjut. Negara harus berjalan. Jadi, tidak bisa ditunda lagi. Jangan sampai terjadi kekosongan kekuasaan. Demokrasi yang kita putuskan sebagai jalan hidup bernegara, bisa terancam bahaya. Jalan panjang kampanye, persinggunggan kata antar media, eh mulut, harus dilupakan. Setidaknya disimpan. Segala kerugian harus ditanggung dengan lapang dada. Meski sambil menekuk muka. Cuci piring sepatutnya segera dilakukan, entah oleh siapa. Bagaimana tidak? Sebagai bagian dari

REST AREA

Image
Liburan telah usai. Bagi pelajar, libur panjang telah berakhir hari ini. Dari libur puasa, hari Raya hingga libur peralihan strata kelas yang pada umumnya berlaku pada lembaga pendidikan kita. Dan besok, sekolah kembali ramai. Kembali menjadi rutinitas. Macet sejak matahari mulai naik sepenggalah. Khusus bagi kaum sarungan, yang kebetulan menitipkan anaknya ke Pondok Pesantren, Rabu kemarin merupakan momentum untuk menghantar buah hatinya. Iya, hari Rabu memang hari yang baik untuk memulai menuntut ilmu. Setidaknya begitulah keyakinan yang telah diyakini lama. Liburan dalam artian bepergian mencari hiburan ke tempat tertentu, menjadi suku kata yang paling trending dalam lima tahun terakhir. Khususnya bagi keluarga muda, liburan atau juga bisa disebut rekreasi, menjadi kebutuhan wajib yang harus diagendakan. Jika tidak, bahkan bisa jadi alasan baru untuk memulai pertengkaran domestik. Antara suami dengan istrinya, atau dengan anaknya yang terprovokasi istrinya. Bayangkan, kebanyak

Peran Kunci Camat Dalam Anggaran Desa

Image
Tak Terasa, waktu berjalan cepat. Tahun 2020 terus melaju, hingga Januari mulai tertelan Bulan Februari. Bojonegoro yang mempunyai jumlah desa terbesar kedua se Jawa Timur, pemerintahnya terus berjibaku dengan desa. Selain persiapan Pemilihan Kepada Desa Massal, 233 desa. Perencanaan dan Penganggaran Desa untuk tahun 2020 masih terus berjalan. Idealnya memang, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) telah disahkan paling lambat ujung Desember tahun sebelumnya. Namun faktanya, sejumlah desa-desa masih berkutat dengan penyusunan APBDesa. Bahkan, masih ada yang berkutat dengan RKPDesa. Barangkali ini adalah desa yang butuh adaptasi paska Pilkades tahun lalu. Kalender perencanaan, belum sepenuhnya berjalan ideal sesuai ketentuan yang ada. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) terus mendorong dan berupaya memastikan anggaran di desa terkelola dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Salah satu jalan yang bisa ditempuh adalah dengan cara merencanakan penggunaan anggaran deng

Apa Setelah Pilkades ?

Image
Pada Rabu 19 Februari 2020 lalu, sejumlah 233 dari 419 desa di Bojonegoro menggelar Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak. Ini adalah tahap III, pada tahun lalu, tahap sebelumnya sudah digelar serentak dua kali. Gegap gempita memuncak pada hari coblosan, dan kemudian seterusnya sepi seperti dini hari yang dirundung gerimis. Riuh Pilkades ini, bisa dikatakan salah satu yang paling menyita perhatian diantara Pilkades serentak seantero Jawa Timur. Belum ada data muncul, Pilkades serentak dengan jumlah desa sebanyak angka tersebut, kecuali 385 desa di Lamongan tahun lalu. Memang, jumlah desa di Bojonegoro terbesar kedua di Jawa Timur setelah Lamongan. Begitu lonceng pukul 07.00 berbunyi –pada hari coblosan- calon-calon dengan diiringi pendukungnya menuju Balai Desa dan duduk pada kursi yang telah disiapkan. Tentu dengan  pakaian paling berwibawa dengan memanggul harapan di ubun-ubun. Warga pemilih mulai berbondong-bondong –sendiri atau dimobilisasi- menyokong pemimpin pujaannya deng