Cendol Dawet

Angin mengamuk tanpa ampun. Semua yang disapa, ambruk tak berdaya. Pepohonan tumbang. Atap bangunan remuk berguguran. Angin sedang menandai waktu. Kemarau beranjak berlalu. Didesak angin, sebagai pengingat pergiliran sudah tiba. Saatnya musim penghujan mengisi masa. Penjaja penawar tenggorokan kering akan sedikit mengalami dahaga. Penjual minuman dingin berangsur mengurangi produksinya. Diantaranya penjual es cao, es campur dan es cendol dawet yang menguasai seantero trotoar kota. Saatnya terik mentari mulai diselimuti awan-awan berwajah murung. Minuman tradisional tersebut begitu populer. Saking populernya, pelaku seni musik dangdut koplo dan campursari selalu menyanyikan lagu Cendol Dawet. Di panggung atau dunia maya. Seperti ritual yang pantang ditinggal. Nyaris seperti lagu nasional yang mengawali acara - acara formal. Meski seluruh penyanyi tak ada jaminan pernah meminum es Cendol Dawet yang fenomenal itu. Tapi pada musim penghujan ini, tentu omset berkurang banyak. Kebutuhan manusia beralih menyesuaikan musim dan keadaan. Bisa jadi minuman STMJ yang naik omsetnya, atau Ketan dan Bubur Kacang Ijo. Bisa jadi. Ada satu hal yang tidak mengenakkan, yang tentu pernah dialami penikmat minuman Cendol Dawet. Tapi diabaikan begitu saja atau mungkin tak disadari. Apa itu? pernah minum es Cendol Dawet dengan memakai sedotan? pasti pernah. Nah, saat Cendol macet ditengah sedotan. Disedot tidak jalan, ditiup ke bawah juga mogok. Diulangi, juga begitu lagi. Kesal tidak? Setidaknya geregetan dan menahan nafas sambil beralih ke metode minum yang lain. Pernah Kan?! Bojonegoro, 13122019

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Waktunya Bersih-Bersih NU

Nyawa Tenaga Surya

Apa Setelah Pilkades ?